Melanjutkan materi sebelumnya, kini kita masuk pada pembahasan manajemen uang dan resiko.
Manajemen Modal (Money Management) adalah pengaturan berapa modal yang digunakan dalam suatu bisnis secara struktural baik fixed maupun variable. Sedangkan Manajemen Resiko (Risk Management) adalah suatu pengaturan modal yang diresikokan dalam potential loss di dalam suatu bisnis. Jadi di dalam dunia forex kita terlebih dahulu harus berpikir berapa loss yang bisa kita terima/ kita batasi sebelum kita berpikir berapa untung yang didapat.
Sebagus apapun analisa dan prediksi anda, tetapi bila tidak diimbangi oleh manajemen resiko maka hasilnya akan 0 (nol), karena tidak setiap saat kita dapat selalu sukses, loss ataupun profit. Idealnya untuk manajemen resiko di Forex adalah berkisar 3% hingga 5% dari modal.
Berikut macam-macam manajemen modal di forex (sumber: arsinvest21)
1. Martingale
Martingale merupakan teori manajemen modal probabilitas yang memungkinkan kesamaan nilai sesuatu dimasa tertentu dengan masa sebelumnya dengan menggunakan prinsip penggandaan. Metode ini dipopulerkan pada abad ke 18, oleh Paul P. Levy dan pertama kali digunakan sebagai salah satu metode tebak-tebakan (betting) di Francis.
Dalam dunia manajemen modal trading, Martingale dapat diartikan sebagai proses mendapatkan keuntungan sekaligus menutup kerugian dari transaksi sebelumnya dengan keuntungan pertama dari transaksi selanjutnya, melalui penggandaan modal.
Sehingga, setiap kali nilai manajemen modal menurun, ukuran transaksi selanjutnya meningkat. Dengan kata lain, manajemen modal Martingale memilki karakter dasar; resiko meningkat sesuai dengan meningkatnya kerugian. Jika seorang trader mengalami kerugian dalam satu kali perdagangan, maka ukuran lot dalam perdagangan kedua harus meningkat, dalam hal ini menjadi 2 lot.
Sebagai contoh manajemen modal, dalam satu hari, seorang trader merencanakan 5 kali transaksi EUR/USD, stoplloss dan target profit 50 poin,dan Equity awal =$50,000, Lot berganda. Dengan kondisi perdagangan ternyata 4 kali transaksi loss terjadi berurutan, dan hanya satu transaksi yang menghasilkan keuntungan.
Cara kerja manajemen modal Martingale akan menjadi seperti ini:
1 lot transaksi loss x 50 points = -$500
2 lot transaksi loss x 50 points = -$1,000
4 lot transaksi loss x 50 points = -$2,000
8 lot transaksi loss x 50 points = -$4,000
16 lot transaksi profit x 50 points = +$8,000
Total lot = 31
Total Loss = -$7,500
Total Profit = +$8,000
Net Profit/ Loss = $500
Total Equity = $50,500
Metode manajemen modal Martingale hanya membutuhkan sekali kemenangan dalam sekian (n) kali perdagangan, untuk menutupi seluruh kerugian akibat perdagangan sebelumnya dan sekaligus meraup keuntungan.
Contoh manajemen modal diatas membahas bahwa pada transaksi kelima, anda memperoleh keuntungan sebesar $8,000 untuk 8 lot yang berarti profit bersih sebesar $500 setelah 4 kerugian berurut.
Daripada menutup kerugian perdagangan, manajemen modal Martingale yang populer sekarang lebih memilih likuidasi posisi pada saat harga perdagangan mencapai average tertentu plus keuntungan sekian poin. Disini, seorang trader tidak perlu melakukan likuidasi posisi walau dalam keadaan rugi, bahkan harus menggandakan lot setiap kali kerugian mencapai titik tertentu, sampai akhirnya seluruh kerugian tersebut tertutupi ketika harga mencapai titik average. Sistem Martingale seperti ini adalah yang paling populer dan telah diadopsi oleh banyak Automatic Trading Sytem (robot). Ancaman akan muncul ketika harga bergerak satu arah, seperti uptrend dan downtrend.
2. Anti Martingale
Dari namanya, metode manajemen modal ini sudah menjelaskan posisinya. Secara kontras dengan Martingale, Anti Martingale tidak akan menggandakan posisi ketika mengalami kerugian. Penambahan hanya terjadi jika posisi dalam keadaan untung. Jadi, resiko manajemen modal akan ditingkatkan sesuai dengan peningkatan keuntungan, tujuannya adalah agar keuntungan yang dicapai semakin tinggi.
Keunggulan yang bisa kita ambil dari manajemen modal ini adalah potensi Anti Martingale dalam menciptakan keuntungan bola salju. Semakin jauh perjalanan semakin besar keuntungan. Namun penting untuk membatasi jumlah transaksi, karena satu trade dapat mengakibatkan kerugian besar
Kelemahannya akan muncul ketika harga mengalami konsolidasi atau reversal. Jika tidak cepat dintisipasi, akumulasi keuntungan manajemen modal tersebut dengan cepat bisa surut
3. Cost Averaging/ Averaging
Definisi paling mudah bagi metode manajemen modal ini adalah “menambah pada posisi rugi”. Sekilas, metode manajemen modal ini memiliki kemiripan yang sangat dengan Martingale Averaging, karena keduanya menitik beratkan penambahan posisi pada saat transaksi sebelumnya mengalami kerugian. Averaging tidak menggunakan prinsip Doubling atau penggandaan posisi, sehingga penambahan keuntungan tidak secepat Martingale. Namun demikian, potensi kerugian yang ditimbulkan pun tentunya lebih kecil dibanding Martingale
Faktor manajemen modal yang kedua adalah, Cost Averaging tidak bertujuan untuk satu kali kemenangan, melainkan ke arah akumulasi posisi, yang umum digunakan dalam trading jangka menengah dan panjang.
Metode manajemen modal tersebut sangat sering diaplikasikan ke pasar Forex, saham, dan reksa dana, tetapi tidak begitu terkenal untuk futures karena ada tanggal kadaluarsa.
4. Pyramiding
Manajemen modal Pyramiding, adalah kebalikan secara total dari metode Cost Averaging. Yakni; “menambah pada posisi untung”. Logika dibalik Pyramiding adalah jika pasar bergerak sesuai dengan yang diharapkan, maka kemungkinan besar trend sedang terjadi. Dan tambahan posisi perlu dilakukan dengan harapan pasar akan meneruskan arah sesuai dengan trend, dan manajemen modal ini bisa sangat powerful dalam menciptakan keuntungan.
Namun bagaimanapun, setiap metode manajemen modal memiliki kelemahan tersendiri. Pyramiding bisa juga mengecewakan jika harga bergerak tidak sesuai dengan perkiraan atau harapan sebelumnya.
5. Fixed Fractional Position Sizing
Manajemen modal jenis ini beserta variasinya merupakan metode yang pernah terbanyak dan paling direkomendasikan oleh trader profesional dan mungkin kita disadari atau tidak telah menggunakan metode manajemen modal ini sejak lama.
Secara sederhana, Manajemen modal Fixed Fractional method adalah penentuan ukuran posisi secara tetap (fixed) berdasarkan persentase manajemen modaltertentu dari jumlah jumlah modal.
Sebagai contoh, seorang trader katakanlah seorang trader memiliki modal $10,000 dan menggunakan Fixed Fractional Method 5%, maka ia tidak akan mau menerima resiko lebih dari $500 ($10,000 x 0.05) dalam setiap transaksi yang dilakukannya.
Dan jika ia adalah EUR/USD trader, maka manajemen modal ia akan menempatkan stop loss 50 poin lebih rendah dari harga beli, atau 50 poin lebih tinggi jika mengambil posisi jual, dengan ukuran stop tersebut berarti dia hanya akan menggunakan manajemen modal 1 lot dalam transaksinya.
Dan jika, ia kemudian memutuskan untuk meningkatkan resikonya menjadi 10%, maka ia dapat menambah jumlah posisi menjadi 2 lot dalam transaksi tersebut.
$ 10,000 x 0.10 = $ 1,000 $ 1,000 =2 lots $ 500
Jumlah kontrak yang dipilih untuk trading bisa meningkat dengan modal. Asumsikan risiko maksimum sebesar 10% per transaksi. Artinya untuk setiap $10,000, anda dapat be-resiko $1,000 per trade.
Sebagai contoh manajemen modal, tabel 6 memperlihatkan bahwa untuk setiap peningkatan $10,000 modal, satu lot ekstra dapat ditambah untuk trading, karena setiap lot membutuhkan $1,000 sebagai margin. Jika modal meningkat ke $20,000, 2 lot dapat diperdagangkan. Jika modal turun balik ke $10,000, hanya 1 lot diperbolehkan seperti sebelumnya. Semakin tinggi modal, semakin tinggi lot.

